BeritaPolitik

Profil Endipat Wijaya — Legislator yang Kritik Donasi Rp10 Miliar untuk Bencana Sumatera

malangtoday.id – Endipat lahir di Bengkulu pada 31 Mei 1984. Ia menempuh pendidikan menengah di SMA Taruna Nusantara — sekolah yang dikenal disiplin ketat.

Selepas SMA, ia meneruskan ke Institut Teknologi Bandung (ITB) dan menyelesaikan pendidikan Teknik Metalurgi tahun 2006.

Ia kemudian melanjutkan studi di Swiss German University dengan jurusan Manajemen dan lulus pada 2019.

Sebelum masuk ke dunia politik, Endipat meniti karier profesional di sektor industri. Ia memulai sebagai teknisi di Double A Group, kemudian bekerja di PT Kaltim Prima Coal di Kalimantan Timur. Pengalaman di sektor industri memberikan dasar pemahaman kuat soal manajemen dan teknologi.

Ia menapak ke dunia politik dengan bergabung ke Partai Gerindra pada 2011.

Pada Pemilu 2024, Endipat mencalonkan diri dari Daerah Pemilihan Kepulauan Riau — berhasil meraih 105.413 suara. Suara terbesar datang dari Kota Batam dengan 72.186 suara.

Kini ia duduk sebagai anggota DPR periode 2024–2029 dan tergabung di Komisi I — membidangi pertahanan, luar negeri, komunikasi, informatika, dan intelijen.

Sindiran atas Donasi Rp 10 Miliar untuk Korban Bencana Sumatera

Beberapa hari terakhir, Endipat jadi sorotan publik setelah pernyataannya dalam rapat kerja bersama Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) dan Menteri Komdigi, Meutya Hafid.

Dalam rapat tertanggal 8 Desember 2025, Endipat membandingkan donasi publik senilai sekitar Rp 10 miliar untuk korban banjir dan tanah longsor di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat dengan bantuan dari pemerintah. Ia menilai jumlah donasi itu kecil dibanding negara yang sudah menggelontorkan “triliunan rupiah”.

Ia mengatakan: “Orang-orang cuma nyumbang Rp 10 miliar. Negara sudah triliunan ke Aceh itu.”

Endipat meminta Komdigi memperkuat publikasi kinerja pemerintah dalam penanganan bencana agar masyarakat tidak salah mengira bahwa pemerintah tidak hadir. Ia ingin agar informasi soal posko, distribusi bantuan, dan upaya penanganan bisa terlihat jelas.

Di rapat itu, Endipat juga menyindir relawan atau pihak swasta dan influencer yang terjun langsung dalam penggalangan dana, menyebut banyak yang baru datang sekali lalu merasa paling berjasa.

Kritik Publik & Klarifikasi

Perkataan Endipat menuai kritik keras dari publik. Banyak pihak menyebut pernyataannya merendahkan semangat gotong-royong masyarakat yang cepat membantu korban bencana.

Salah satu kritik menyebut sindiran itu menyepelekan rakyat yang mengerahkan bantuan dari kantong sendiri — dana yang mungkin hasil kerja keras dan solidaritas nyata.

Menanggapi kontroversi, Endipat akhirnya memberi penjelasan ulang. Ia menegaskan bahwa kritiknya bukan untuk para donatur atau relawan. Ia malah memberi apresiasi kepada mereka. Kritiknya ditujukan kepada Komdigi agar lebih aktif memberi informasi kepada publik sehingga penanganan pemerintah juga terlihat.

Menurut Endipat, keliru apabila masyarakat berpikir bantuan pemerintah tak ada. Ia ingin supaya informasi resmi dan langkah-langkah pemerintah jauh lebih transparan — agar donasi publik tidak dianggap sebagai satu-satunya upaya.

Kesimpulan — Sosok dengan Latar Teknik dan Kritik Berani

Endipat Wijaya adalah anggota DPR dengan latar belakang teknik dan manajemen, yang transit dari industri ke politik. Jejak pendidikannya di ITB dan Swiss German University memberi pondasi pemahaman teknis dan manajerial. Karier di sektor industri kemudian membawa ia ke dunia legislatif melalui Partai Gerindra.

Pernyataan kontroversial mengenai donasi Rp 10 miliar untuk korban bencana Sumatera menegaskan bahwa ia tidak segan menyoroti kerja pemerintah dan membandingkan dengan upaya swadaya masyarakat. Sikap itu memancing debat tentang etika publik: antara menghormati aksi sosial masyarakat dan menuntut transparansi serta kinerja pemerintah.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button