BeritaPeristiwa

Kronologi Viral Tagar #BoikotTrans7: Konten yang Dinilai Melecehkan Kiai dan Pesantren

Pada 13 Oktober 2025, program Xpose Uncensored yang tayang di Trans7 menayangkan segmen yang menyorot kehidupan di ‎Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, dan ketua pesantrennya ‎KH Anwar Manshur. Segmen tersebut memunculkan narasi kontroversial seperti: “Santrinya minum susu aja kudu jongkok, emang gini kehidupan pondok?” dan menyebut kiai kaya-raya menerima amplop dari santri. 
Publik bereaksi cepat. Tagar #BoikotTrans7 meluas di media sosial, terutama di platform X/Twitter dan Instagram.

Reaksi dari Pesantren dan Alumni

Alumni Lirboyo menyatakan sikap tegas. Dalam empat poin resmi mereka:

  1. Mengecam keras tayangan itu karena melecehkan kiai, pesantren, dan santri.

  2. Menuntut Trans7 meminta maaf secara terbuka kepada seluruh pengasuh dan alumni pesantren.

  3. Mendesak agar video yang sudah disebar segera ditarik dari seluruh platform.

  4. Meminta Trans7 menghadirkan program edukatif khusus yang menjelaskan nilai-nilai pesantren secara akurat.

Tuntutan Regulasi dan Audiensi

Beberapa wakil pemerintah dan lembaga penyiaran ikut angkat suara.

  • Anggota DPR dari Fraksi PKB, Oleh Soleh, mendesak Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) menghentikan program dan melakukan audit terhadap Trans7.

  • KPI dalam keterangannya menilai tayangan tersebut mencederai nilai-luhur penyiaran dan mengganggu suasana kebatinan pesantren.

  • Di Jawa Timur, KPID Jawa Timur menerima aduan masyarakat dan menegaskan indikasi pelanggaran terhadap Pedoman Perilaku Penyiaran (P3SPS).

Klarifikasi dan Permintaan Maaf dari Trans7

Trans7 akhirnya merespons publik yang marah.  Trans7 mengakui adanya kelalaian dalam proses produksi, terutama dalam menyusun narasi dan riset konten.
Juru produksi menyatakan bahwa tidak ada niat menghina pesantren atau kiai.

Dampak Publik dan Sosial

Polemik ini memunculkan sejumlah efek nyata:

  • Kepercayaan sebagian masyarakat terhadap media televisi mengalami penurunan, khususnya ketika datang ke konten yang menyentuh ranah keagamaan.

  • Komunitas pesantren merasa martabat mereka terancam dan menuntut agar media memahami kultur internal pesantren sebelum membuat liputan.

  • Diskusi soal etika jurnalistik dan kewajiban riset muncul kuat. Banyak warga net mengkritik bahwa tayangan itu dibuat tanpa wawancara yang objektif dan tanpa menggali konteks budaya pesantren.x

  • Program media yang memicu stigma terhadap kelompok agama dapat memicu konflik sosial.

Pelajaran Bagi Media dan Lembaga Penyiaran

Kejadian ini membawa beberapa pembelajaran untuk industri media:

  • Media televisi harus memahami konteks budaya pesantren ketika mengangkat tema keagamaan atau lembaga keagamaan.

  • Penyusunan narasi harus berdasarkan riset, data, dan sudut pandang yang seimbang, bukan sekadar sensasi.

  • Lembaga penyiaran wajib menghormati pedoman etika penyiaran, terutama bila menyangkut tokoh agama yang memiliki fungsi sosial dan spiritual.

  • Media berpotensi menjadi agen perekat sosial atau justru pemecah kebersamaan—tergantung bagaimana konten dikemas.

Kesimpulan

Kontroversi yang memicu tagar #BoikotTrans7 mengingatkan kita bahwa pemberitaan mengenai pesantren dan tokoh agama memerlukan sensitivitas tinggi.  Sementara itu, Trans7 telah menyampaikan permohonan maaf dan berjanji memperbaiki proses produksi.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button