
malangtoday.id – Bupati Tapanuli Utara, Jonius Taripar Parsaoran (JTP Hutabarat), menjelaskan bahwa timnya menjatuhkan paket bantuan dari helikopter ketika akses darat ke Desa Manalu Purba, Kecamatan Parmonangan tertutup. Ia dan pilot semula menargetkan mendarat di lapangan sekolah. Tapi saat helikopter mendekat — sekitar 10 hingga 15 meter di atas tanah — mereka mendeteksi kabel listrik di lokasi itu. Karena helikopter tidak bisa mendarat dengan aman di tengah risiko, tim memilih menjatuhkan bantuan. Mereka khawatir warga kecewa jika bantuan tidak segera turun.
Bupati menegaskan bahwa keputusan itu diambil demi kecepatan distribusi. Warga di wilayah terpencil sudah lama terisolasi akibat longsor dan banjir. Helikopter jadi satu-satunya cara menjangkau mereka dengan cepat.
Dampak: Paket Bantuan Pecah dan Warga Mengais Beras
Setelah bantuan dijatuhkan, video menunjukkan beras berserakan di tanah dan warga berusaha mengaisnya. Banyak kantong beras rusak saat menyentuh tanah, sehingga isinya tercampur debu dan lumpur. Foto dan video itu memicu kritik keras karena dinilai melecehkan korban bencana.
Bupati menyatakan menyesal atas kejadian itu. Ia meminta maaf khususnya kepada warga Desa Manalu Purba, terutama mereka di Hajorang. Ia menyebut situasi darurat memaksa tim mengambil keputusan berat dan menjatuhkan bantuan agar cepat sampai. Ia juga menjelaskan bahwa tim membawa bantuan dalam jumlah lebih besar, namun tim hanya menjatuhkan sebagian kecil, sekitar 10 karung beras berukuran 5 kilogram, dari ketinggian.
Kritik Publik dan Evaluasi Distribusi Bantuan
Kejadian ini memicu sorotan dari berbagai pihak. Banyak warga dan lembaga menilai cara distribusi lewat “airdrop” kurang manusiawi dan bisa membuat bantuan sia-sia. Mereka menekankan bahwa bantuan harus tiba dalam kondisi utuh dan layak untuk dipergunakan.
Pemerintah setempat kini berjanji memperbaiki sistem distribusi. Mereka mempertimbangkan metode lain seperti menurunkan bantuan dengan tali sling dari helikopter agar tidak langsung terjatuh ke tanah.
Intensi di Balik Keputusan: Cepat Menjangkau Warga Terisolasi
Bupati menekankan bahwa keputusan itu bukan karena lalai atau meremehkan. Ia menilai situasi darurat — akses jalan terputus akibat longsor dan banjir — memaksa pemerintah menggunakan cara cepat agar warga tak kelaparan. Helikopter menjadi satu-satunya solusi. Ia ingin memastikan logistik cepat sampai, meski di tengah keterbatasan tempat landing.
Ia juga menyebut bahwa niat utama tetap kemanusiaan: membantu warga yang terisolasi agar tak kekurangan makanan dan kebutuhan pokok.
Komitmen Perbaikan: Agar Bantuan Tak Lagi Rusak Saat Sampai
Bupati dan tim distribusi menyatakan akan mengevaluasi metode mereka. Mereka akan memperkuat bungkus paket bantuan agar tahan terhadap dampak saat dijatuhkan. Jika memungkinkan, mereka menurunkan bantuan tidak terbang rendah saja, tapi dengan ketinggian dan metode aman seperti sling.
Mereka juga menyatakan akan mengecek setiap lokasi dulu: apakah memungkinkan untuk landing heli atau tidak. Jika tak memungkinkan, baru gunakan metode alternatif — dengan prosedur tetap menjaga agar bantuan tiba dalam kondisi baik.
Kesimpulan
Bupati Taput memilih menjatuhkan bantuan dari helikopter karena kondisi darurat: akses jalan terputus, daerah terpencil, dan jalur landing tidak aman. Ia mengakui akibatnya sebagian bantuan pecah dan membuat warga mengais sisa beras di tanah. Ia menyampaikan permintaan maaf dan berjanji memperbaiki distribusi ke depan. Meskipun niatnya membantu sesama korban bencana, pihak pemerintah kini belajar bahwa metode distribusi butuh persiapan lebih matang agar bantuan sampai dengan utuh.



