BeritahukumPolitik

Kontroversi Pengangkatan Gelar Pahlawan Nasional untuk Soeharto

Kontroversi Gelar Pahlawan untuk Soeharto

malangtoday.id – Pemerintah Indonesia pada 10 November 2025 memberi gelar Pahlawan Nasional kepada Soeharto. Upacara di Istana Negara langsung memicu protes dari kelompok yang menilai keputusan itu mengaburkan sejarah. Aktivis HAM, keluarga korban, dan para intelektual menolak keras karena mereka melihat gelar ini bukan hanya soal jasa, tetapi juga soal cara bangsa menilai warisan masa lalu.
Di sisi lain, pendukung menilai Soeharto pernah membawa stabilitas ekonomi dan pembangunan besar. Mereka menganggap gelar itu sebagai penghargaan atas peran Soeharto meski masa pemerintahannya juga punya catatan kelam.

Latar Belakang dan Jejak Kepemimpinan Soeharto

memimpin Indonesia sejak 1967 hingga 1998 dan mengarahkan negara ke pertumbuhan ekonomi serta stabilitas politik. Namun ia juga menghadapi tuduhan pelanggaran HAM, korupsi, kolusi, dan nepotisme. Pihak pro menyebut kondisi ekonomi sebelum kepemimpinannya sangat rapuh dan Soeharto mengubah keadaan tersebut. Pihak kontra melihat jejak pelanggaran serius seperti pembunuhan massal 1965–66, penculikan aktivis, penahanan politik, serta budaya korupsi.

Alasan Pendukung Soeharto

Pendukung menganggap terlibat dalam perjuangan kemerdekaan dan mempertahankan negara. Mereka melihat gelar itu sebagai pengakuan atas jasa lama yang jarang dipahami generasi muda. Mereka juga percaya bahwa bangsa tetap bisa menilai sisi positif dan negatif Soeharto secara seimbang. Keluarganya menerima perbedaan pendapat dan mengajak publik menjaga persatuan.

Alasan Penolakan Terhadap Soeharto

Penolak menyebut gelar pahlawan untuk Soeharto berarti mengabaikan banyak korban pelanggaran HAM di masa Orde Baru. Mereka menilai keputusan itu mencampuradukkan tokoh berjasa dan tokoh yang dianggap menindas sehingga makna kepahlawanan menjadi kabur. Mereka juga menilai keputusan ini menghambat keadilan transisional dan membuat rekonsiliasi nasional semakin sulit karena korban masih menuntut pengakuan dan tanggung jawab.

Dampak Penetapan Gelar Soeharto bagi Publik

Keputusan ini memunculkan perdebatan tentang cara bangsa memperingati sejarah dan menentukan sosok pahlawan. Banyak penyintas merasa luka lama kembali terbuka dan khawatir bangsa tidak belajar dari masa lalu. Publik pun terbelah antara yang melihat Soeharto sebagai simbol pembangunan dan yang melihatnya sebagai simbol penindasan. Perbedaan ini berpotensi memperlebar jarak antar generasi. Selain itu, keputusan ini memicu pertanyaan baru tentang nilai kepahlawanan: apakah hanya soal pembangunan atau juga moral, hak asasi, dan keadilan.

Langkah yang Perlu Diambil Bangsa

Bangsa perlu menjaga ingatan sejarah secara utuh, termasuk jasa dan kesalahan. Keputusan ini bisa menjadi kesempatan untuk memperkuat pendidikan sejarah yang terbuka dan menyampaikan kisah korban agar generasi muda memahami konteks sebenarnya. Pemerintah dan lembaga pendidikan perlu membuka ruang dialog agar masyarakat bisa membahas pelajaran dari Orde Baru dan dampaknya hingga kini. Masyarakat sipil juga perlu terus mengawal penyelesaian kasus HAM agar tidak berhenti pada simbol semata dan tetap menghormati hak-hak korban.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button