
MalangToday.id – Badan Gizi Nasional (BGN) menyatakan sikap tegas terhadap kasus keracunan massal dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG). BGN menyebut pihaknya siap mempolisikan dapur MBG yang lalai menjaga keamanan makanan.
Wakil Kepala BGN, Nanik S. Deyang, menegaskan bahwa lembaganya akan menindak dapur MBG yang terbukti mengabaikan prosedur standar keamanan pangan. Ia menyatakan BGN akan membawa masalah ini ke ranah hukum jika tim investigasi menemukan kelalaian serius.
Kronologi Kasus Keracunan MBG
Program MBG mengalami guncangan setelah banyak siswa mengalami muntah, diare, dan pusing. Ratusan siswa di Bandung Barat mengalami keracunan setelah menyantap menu MBG. Di Sukabumi, hasil uji laboratorium menunjukkan kontaminasi jamur dan bakteri.
Tim investigasi menemukan dapur MBG di beberapa daerah belum menjaga kebersihan secara optimal. Beberapa dapur menyimpan makanan terlalu lama, menggunakan bahan yang tidak segar, dan mendistribusikan makanan tanpa pendingin memadai.
Di Kalimantan Barat, dapur MBG menyajikan menu ikan hiu yang memicu protes karena berpotensi mengandung merkuri. Kepala regional MBG setempat mengakui kesalahan dalam memilih menu.
Alasan BGN Mengambil Langkah Hukum
BGN tidak hanya mengawasi; lembaga ini juga bertindak. Tiga alasan utama mendorong BGN menyiapkan jalur hukum:
-
Pertanggungjawaban Pengelola
BGN menuntut pengelola dapur MBG menjaga standar higienis. Jika pengelola lalai, BGN siap mengajukan proses hukum. -
Efek Jera
Dengan langkah hukum, BGN ingin memberi sinyal kuat agar penyedia katering mematuhi standar keamanan pangan. -
Perlindungan Korban
BGN menegaskan akan melindungi hak siswa dan orang tua yang dirugikan akibat makanan yang tercemar. -
Menjaga Reputasi Program MBG
BGN bekerja untuk memulihkan kepercayaan publik terhadap MBG dengan memastikan dapur yang lalai mendapat sanksi.
Reaksi Pihak Terkait
Ketua DPR RI Turun Tangan
Ketua DPR RI, Puan Maharani, mengumumkan rencana meninjau langsung dapur MBG. Ia meminta semua pihak melakukan evaluasi menyeluruh.
Pemerintah Daerah Bertindak Cepat
Bupati Bandung Barat melaporkan bahwa sebagian besar dapur MBG belum memiliki sertifikasi layak sehat. Pemerintah daerah langsung menginstruksikan inspeksi mendadak dan pelatihan ulang bagi pengelola.
Dinas Kesehatan Sukabumi merilis hasil laboratorium yang menunjukkan jamur dan bakteri pada sampel makanan. Instansi itu memerintahkan pengelola dapur memperbaiki prosedur penyimpanan, pengolahan, dan distribusi makanan.
Pengelola MBG Akui Kesalahan
SPPG sebagai pengelola MBG menutup sementara beberapa dapur yang terindikasi melanggar standar. Mereka juga mengubah menu yang berpotensi berbahaya, termasuk menghentikan penggunaan ikan hiu.
Aspek Hukum: Bagaimana BGN Bisa Memolisikan Dapur MBG?
BGN menyatakan bahwa pihaknya akan menindak dapur MBG yang memenuhi unsur kesalahan, kerugian nyata, dan kaitan sebab-akibat. Tim investigasi memeriksa laporan, hasil laboratorium, dan saksi untuk membuktikan kelalaian.
Jika unsur tersebut terbukti, BGN akan melaporkan dapur MBG ke aparat penegak hukum dengan dasar pasal tindak pidana pangan. Langkah ini memungkinkan pencabutan izin, denda, hingga hukuman pidana bagi pengelola.
Tantangan yang BGN Hadapi
BGN menghadapi beberapa kendala:
-
Koordinasi Antar Instansi
BGN harus bekerja sama dengan BPOM, Dinas Kesehatan, dan lembaga pendidikan daerah agar investigasi menyeluruh. -
Keterbukaan Data
BGN berkomitmen mempublikasikan hasil audit untuk menjaga kepercayaan publik. -
Standar Keamanan Pangan
Banyak dapur MBG belum memahami standar mikrobiologi pangan. BGN menggelar pelatihan berkelanjutan. -
Logistik Distribusi
BGN menata ulang jalur distribusi agar makanan tiba di sekolah dengan aman. -
Potensi Sengketa Hukum
BGN menyiapkan tim hukum untuk menghadapi kemungkinan gugatan balik dari pengelola dapur.
Prospek Langkah BGN ke Depan
Dengan langkah hukum ini, BGN ingin:
-
Meningkatkan kualitas pengelolaan dapur MBG
-
Memberi efek jera kepada pengelola yang mengabaikan standar makanan
-
Memulihkan kepercayaan publik terhadap MBG
-
Mengevaluasi ulang mekanisme pengadaan dan pengawasan
Namun, BGN juga menyadari risiko: proses hukum yang lambat, stigma negatif bagi semua dapur MBG, dan kebutuhan sumber daya besar untuk investigasi. Meski demikian, BGN menegaskan komitmen melindungi anak-anak penerima program MBG.
Kesimpulan
BGN mengambil langkah aktif untuk memolisikan dapur MBG yang lalai dan menyebabkan keracunan massal. Lembaga ini menindak tegas pengelola yang mengabaikan standar keamanan pangan. Dengan langkah hukum, BGN berusaha memulihkan kepercayaan publik, melindungi korban, dan mencegah kejadian serupa terulang.
Publik dapat mengawal proses investigasi agar transparan dan adil. Dengan pengawasan ketat, program MBG dapat kembali menjadi solusi gizi anak sekolah, bukan sumber masalah.