BeritaEkonomiKesehatan

Korban Keracunan MBG di Cipongkor-Cihampelas Capai 1.315 Orang, Sekolah dan Warga Desak Langkah Cepat

Malangtoday.id – Sejak Senin (22 September) hingga Kamis (25 September), 1.315 siswa di Kecamatan Cipongkor dan Cihampelas, Bandung Barat, menunjukkan gejala keracunan usai mengonsumsi makanan dari program Makan Bergizi Gratis (MBG). Data ini berasal dari posko-posko kesehatan di kedua kecamatan sebagai upaya pemantauan kasus tersebut.

Pemerintah Kabupaten Bandung Barat langsung menetapkan status Kejadian Luar Biasa (KLB) untuk memudahkan koordinasi penanganan terhadap korban. Pemerintah daerah menyiagakan posko medis di sejumlah titik agar tim medis dapat menjangkau sekolah-sekolah terdampak.

Kronologi Kasus

  • Pada fase pertama (Senin–Selasa), petugas mencatat 393 korban. Rinciannya: di Cihampelas terdapat 192 siswa dari SMKN 1 Cihampelas, MA Al Mukhtariyah, MTs Al Mukhtariyah, serta SDN 1 Cihampelas.

  • Di Cipongkor, korban fase awal mencapai 201 orang dari Desa Neglasari, Citalem, dan Cijambu.

  • Pada Rabu (24 September), muncul gelombang baru sebanyak 730 siswa melaporkan gejala serupa setelah mengonsumsi menu MBG yang berbeda dari sebelumnya.

  • Total korban hingga Kamis siang mencapai 1.315 siswa dari berbagai jenjang SD hingga SMA/SMK.

Para siswa melaporkan muntah, mual, pusing, diare, hingga dehidrasi ringan. Guru dan staf sekolah segera mengantar murid yang menunjukkan gejala ke posko kesehatan atau fasilitas medis terdekat.

Respons Pemerintah dan Tim Penanganan

Pemkab Bandung Barat serta Dinas Kesehatan langsung menurunkan tim medis ke sekolah-sekolah terdampak. Mereka memberi obat simptomatik, memasang infus bagi siswa yang lemah, dan terus memantau kondisi setiap korban.

Tim laboratorium bekerja cepat menguji sampel makanan MBG guna mengidentifikasi unsur penyebab keracunan (bakteri, jamur, atau kontaminasi toksin). Petugas juga menelusuri jalur distribusi dan dapur pusat produksi makanan agar tak ada potensi penyebab baru.

Di sejumlah sekolah, sebagian siswa sudah dipulangkan setelah mendapat perawatan ringan. Namun belasan siswa masih menjalani perawatan di RSUD Cililin dan fasilitas medis lain.

Pemerintah daerah menyatakan akan mengevaluasi seluruh aspek program MBG, mulai dari pengadaan bahan, proses masak, hingga pendistribusian ke sekolah-sekolah. Bupati Bandung Barat menegaskan bahwa pihak yang lalai akan bertanggung jawab penuh atas kejadian ini.


Tuntutan Warga, Orang Tua, dan Sekolah

Warga dan orang tua murid menolak kelanjutan distribusi MBG hingga ada jaminan keamanan. Banyak orang tua menjemput anaknya lebih awal demi memastikan kondisi mereka aman. Sekolah pun mendukung permintaan penghentian sementara program agar tak memperbesar dampak kesehatan.

Beberapa desa menolak menerima paket MBG keluar dari alur resmi yang sudah diaudit. Mereka menegaskan bahwa kesehatan anak jauh lebih penting dari sekadar makanan gratis.

Meskipun begitu, sebagian warga berharap pemerintah tak menghentikan program ini sepenuhnya—asal ada perbaikan serius dalam pengelolaan dan pengawasan. Mereka percaya MBG bisa menjadi solusi gizi efektif jika disertai standar keamanan tinggi.

Tantangan dan Jalan ke Depan

Pemerintah harus menghadapi beberapa tantangan besar:

  1. Kepastian penyebab keracunan agar tak ada kasus ulangan.

  2. Audit menyeluruh terhadap dapur produksi, penyimpanan bahan, dan distribusi.

  3. Standar kebersihan dan mutu yang ketat dan teruji.

  4. Transparansi publik agar masyarakat percaya program MBG tak membahayakan.

  5. Sanksi tegas bagi pengelola yang terbukti abai.

Jalan satu-satunya agar program MBG bertahan ialah memperbaiki sistem menus, bahan, dan pengawasan. Tanpa itu, masyarakat bisa kehilangan kepercayaan total.


Puncaknya, lonjakan 1.315 korban di Cipongkor dan Cihampelas jadi alarm serius. Pemerintah wajib bergerak cepat, teliti, dan bertanggung jawab agar program MBG kembali menjadi solusi — bukan ancaman — bagi generasi muda.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button