
Malangtoday.id – Wanda Hamidah memulai misi kemanusiaan ke Gaza dalam rangka Global Sumud Flotilla. Dia semangat menembus blokade laut Israel untuk membawa bantuan dan solidaritas. Namun, upayanya kandas di tengah jalan.
Dia awalnya naik kapal “Kaiser” dari Tunisia. Kapal itu rusak dan harus kembali ke Pelabuhan Portopalo, Italia. Kemudian Wanda pindah ke kapal “Nusantara” bersama aktivis lainnya.
Sayangnya, kapal Nusantara juga tak mendapat izin untuk berlayar. Pihak penyelenggara Sumud Nusantara menolak melanjutkan rute.
Wanda mengaku sedih atas keputusan itu. Dia menyatakan kemungkinan besar harus kembali ke Indonesia. Dia meminta masyarakat tetap mendukung perjuangan pembukaan blokade Israel terhadap rakyat Gaza.
Kondisi Fathur Harits: Pindah Kapal & Tetap Berjuang
Fathur Harits ikut dalam tim delegasi Indonesia di misi kemanusiaan itu. Dia awalnya naik kapal “Qomar” yang juga gagal melaju, sama seperti kapal Wanda.
Setelah kapal Qomar tak bisa melaju, Fathur ikut berpindah ke kapal Nusantara bersama Wanda dan 11 aktivis lain dari berbagai negara. Mereka berharap kapal Nusantara memperoleh izin berlayar ke Gaza.
Namun, izin tak datang. Rute mereka terhenti di Italia, dan kapal tersebut tidak diizinkan menembus blokade Israel.
Meski rencana berlayar gagal, Fathur tetap menyatakan dukungannya untuk misi kemanusiaan ini.
Nasib Muhammad Husein: Beralih ke Kapal Observer
Muhammad Husein memilih jalur berbeda dalam misi Global Sumud Flotilla. Dia tidak menunggang kapal yang mencoba menembus blokade.
Husein bertugas sebagai kapal observer. Dia menumpangi kapal bernama Summertime-Jong, yang punya fungsi memantau, mendokumentasi, dan membawa bukti pelanggaran Israel.
Saat intersepsi Israel berlangsung, kapal yang ditumpangi Husein menjauh dari garis depan menuju wilayah aman. Ia menyebutkan bahwa salah satu tugasnya adalah membawa dokumen, gambar, dan video sebagai bukti ke peradilan internasional.
Kementerian Luar Negeri Indonesia mengonfirmasi kondisi Husein baik. Mereka menyebutkan Husein berada di kapal observer dan dalam jalur menuju Siprus.
Dampak Penahanan Aktivis Internasional & Indonesia
Israel melakukan intersepsi terhadap armada bantuan Global Sumud Flotilla di perairan internasional dekat Gaza.
Ratusan aktivis dari berbagai negara ditahan oleh pasukan Israel. Organisasi penyelenggara menyebut 223 aktivis sudah ditangkap. Pemerintah Indonesia menyatakan pengawasan diplomatik untuk WNI yang terlibat.
Berikut poin yang perlu diperhatikan:
-
Meski Wanda dan Fathur gagal meneruskan pelayaran, mereka tetap mendapat sorotan publik sebagai komitmen solidaritas.
-
Husein berperan berbeda agar misi tetap memiliki catatan dan bukti atas pelanggaran yang terjadi.
-
Penahanan aktivis internasional memicu protes global dan kecaman terhadap kebijakan blokade laut Israel.
-
Pemerintah Indonesia melalui Kemenlu memantau dan menghubungi KBRI di luar negeri untuk mendampingi WNI yang terlibat.
Analisis & Harapan ke Depan
Kegagalan kapal Wanda dan Nusantara menunjukkan bahwa hambatan teknis maupun izin sangat krusial dalam operasi kemanusiaan di zona konflik. Aktivis seperti Fathur dan Husein menghadapi pilihan sulit: ikut kapal utama atau memilih jalur pengamat demi keamanan dan dokumentasi.
Tugas kapal observer seperti yang dijalani Husein sangat strategis. Meski tidak masuk ke Gaza, dokumentasi dapat memperkuat posisi hukum jika pelanggaran dibawa ke ranah internasional.
Indonesia perlu memanfaatkan momentum ini. Pemerintah harus perkuat diplomasi, lindungi WNI di luar negeri, dan dorong kerja sama antarnegara agar akses kemanusiaan ke Gaza makin terbuka.
Misi kemanusiaan seperti Global Sumud Flotilla mungkin belum berhasil secara penuh kali ini. Tapi semangat solidaritas tetap hidup. Ke depan, aktivis Indonesia bisa bekerja sama menyiapkan kapal lebih kuat dan sistem logistik yang lebih aman agar bisa melewati blokade.