Al Capone: Raja Preman Amerika yang Mengguncang Negeri

Malangtoday.id – Alphonse “Al” Capone lahir 17 Januari 1899 di Brooklyn, New York. Kedua orangtuanya datang dari Italia. Ia tumbuh dalam keluarga besar dan ikut bekerja membantu ekonomi keluarga di usia muda. Ia berhenti sekolah setelah kelas enam dan mencari pekerjaan kecil-kecilan di toko permen, pabrik amunisi, dan tempat lain. Di sela-sela kerja itu, ia mulai bergaul dengan geng jalanan di kota kelahirannya.
Pada masa remaja, Capone bekerja di rumah judi dan bar. Ia jadi penghubung bagi Frankie Yale dan Johnny Torrio, tokoh mafia di New York. Torrio kemudian mengundangnya ke Chicago untuk mengatur operasi kriminal di sana.
Penguasaan Kota Chicago
Saat Prohibition (pelarangan alkohol) diberlakukan di Amerika, Capone melancarkan strategi besar. Ia menguasai jaringan penyelundupan alkohol ilegal (bootlegging), judi, pelacuran, dan perlindungan (protection rackets). Ia juga membangun hubungan korup dengan pejabat dan aparat agar operasi kriminalnya tetap aman dari pengusutan.
Pada 1925, setelah Torrio terkena percobaan pembunuhan, Capone mengambil alih kendali geng. Ia bersaing keras dengan geng lain, terutama geng utara yang dipimpin Bugs Moran. Konflik itu memuncak pada Pembantaian Hari Valentine (14 Februari 1929) yang membunuh tujuh orang dari geng Moran. Meskipun Capone berada di Florida saat kejadian, publik menaruh kecurigaan kepadanya.
Setelah itu, ia makin mendapat julukan “Public Enemy No. 1.” Pemerintah federal mulai fokus mengejar kasus keuangan dan pajaknya, karena bukti langsung atas pembunuhan sulit dijamin.
Kejatuhan Karena Pajak
Pengejaran terhadap Capone menggunakan strategi pajak terbukti efektif. Ia didakwa atas sejumlah kasus penggelapan pajak (tax evasion) pada periode 1925–1929. Pada 1931, ia divonis bersalah dan dijatuhi hukuman 11 tahun penjara serta denda besar. Ia mulai menjalani masa hukuman di Atlanta, lalu dipindahkan ke penjara Alcatraz tahun 1934.
Saat di Alcatraz, kondisi kesehatannya memburuk. Ia terkena komplikasi dari sifilis yang sudah lama diderita. Capone mengalami gangguan mental seperti kebingungan, kehilangan ingatan, dan perubahan suasana hati ekstrem. Ia tidak mampu bekerja pada masa akhir penahanan.
Pada November 1939, pemerintah membebaskannya lebih awal karena kondisi kesehatan parah. Capone langsung dirawat di rumah sakit jiwa di Baltimore sebelum menetap di rumahnya di Florida.
Tahun Akhir & Warisannya
Setelah bebas, Capone hidup dalam kesendirian. Ia jarang muncul di publik dan fokus pada pemulihan diri. Ia meninggal 25 Januari 1947 di Palm Island, Miami Beach, akibat serangan jantung. Ia meninggal dalam usia 48 tahun, meninggalkan reputasi legendaris sebagai gangster paling terkenal di Amerika abad ke-20.
Baru-baru ini, keluarga Capone membuka aspek baru dari sisi manusia sang gangster. Pistoll favorit Capone, dijuluki “sweetheart,” ditampilkan dalam pameran di Mob Museum, Las Vegas. Rekaman rumah Capone tahun 1929 juga dipamerkan, menampilkan sisi santai hidupnya bersama rekan-rekannya.
Warisan Capone tetap memicu minat publik dan kajian kriminal. Ia membentuk citra gangster modern: kuat, karismatik, dan kejam sekaligus. Peneliti kontemporer menyatakan bahwa struktur kejahatan Capone tidak berpusat pada satu otoritas tunggal, melainkan berbasis kemitraan antar grup kejahatan.
Ia tak hanya “preman,” ia simbol era kejahatan berorganisasi di Amerika. Nama Capone terus hidup di film, buku, dokumenter, dan mitos kriminal.