Beritapolitik luar negri

Menlu RI Sugiono Akan Kunjungi Korea Utara: Langkah Strategis Diplomasi Pertama Sejak 2013

Malangtoday.id – Menteri Luar Negeri (Menlu) RI Sugiono akan melakukan kunjungan kerja ke Pyongyang, Korea Utara, pada 10–11 Oktober 2025. Kunjungan itu mencetak sejarah sebagai kunjungan tertinggi diplomasi dari Indonesia ke Korea Utara sejak 2013.

Pemerintah Korea Utara melalui Menlu Choe Son-hui telah mengundang Menlu Sugiono untuk bertatap muka. Dalam agenda resmi, Sugiono akan menggelar pertemuan bilateral 11 Oktober dan membahas penguatan kerja sama bilateral, kerjasama regional, dan isu global.

Tujuan Kunjungan: Dari Simbol hingga Implementasi

1. Memperkuat Komitmen terhadap Dialog Konstruktif
Melalui kunjungan ini, Indonesia ingin menegaskan bahwa ia tetap aktif menjalin dialog dengan semua negara, termasuk Korea Utara.

2. Membangun Kerja Sama Nyata
Sugiono akan membicarakan langkah konkret dalam kerja sama ekonomi, teknologi, dan diplomasi multilateral. Ia juga berniat membuka peluang kolaborasi di sektor-sektor strategis.

3. Meninjau KBRI Pyongyang dan Reaktivasi Diplomat
Kedatangan Sugiono juga menyertakan agenda peninjauan gedung kedutaan Indonesia (KBRI) di Pyongyang.  Kehadiran Menlu memberikan sinyal bahwa Indonesia ingin kembali aktif dalam hubungan diplomatik langsung.

4. Simbol Keberanian Diplomasi di Kawasan Sensitif
Kunjungan ini punya makna simbolis kuat. Ia menunjukkan bahwa Indonesia bersedia menjalin kontak terbuka meskipun hubungan Korut dengan banyak negara berlangsung dingin.

Sejarah Terakhir: Kunjungan 2013 oleh Marty Natalegawa

Catatan terakhir kunjungan selevel Menlu dilakukan oleh Marty Natalegawa pada 21–23 Oktober 2013. Saat itu, ia mengunjungi Pyongyang untuk membahas hubungan bilateral dan stabilitas di Semenanjung Korea. Sejak saat itu, kunjungan resmi tingkat tinggi dari Indonesia ke Korut vakum hingga saat ini.

Tantangan dan Peluang

Tantangan yang akan dihadapi:

  • Sanksi internasional terhadap Korut. Setiap kerja sama ekonomi perlu menyesuaikan aturan PBB.

  • Transparansi dan kontrol. Indonesia harus memastikan bahwa kolaborasi tidak melanggar resolusi internasional.

  • Kepercayaan publik dan legitimasi. Kritikus bisa meragukan manfaat nyata dari kontak diplomatik ini.

Peluang besar yang bisa diraih:

  • Jalur diplomasi independen. Indonesia bisa menonjol sebagai mediator yang tak berpihak.

  • Peluang kolaborasi teknis. Ilmu pengetahuan, pertanian, budaya atau pendidikan bisa dibuka.

  • Penguatan posisi di forum multilateral. Indonesia bisa menyuarakan perdamaian Semenanjung Korea dengan pengalaman langsung.

Harapan dan Implikasi

Kunjungan Sugiono ke Pyongyang bisa memicu efek domino diplomatik. Negara lain mungkin lebih terbuka pada dialog dengan Korut. Indonesia bisa membentuk jalur komunikasi alternatif di konflik global. Presiden dan Kementerian Luar Negeri akan memantau hasil pertemuan untuk merumuskan langkah selanjutnya.

Jika pertemuan lancar, Indonesia bisa mendapat akses kerja sama di sektor-sektor strategis. Publik Indonesia berharap bahwa kunjungan ini menghasilkan hasil nyata, bukan hanya sekadar simbol diplomasi.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button